katazikurasana30. Diberdayakan oleh Blogger.

Contoh Teknik-Teknik Memahami Perkembangan Siswa (Teknik Non Tes 1: Observasi, Wawancara, Angket)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bimbingan merupakan suatu usaha bantuan yang diberikan kepada murid dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapinya. Salah satu hal yang penting dalam memberikan bimbingan ialah dalam memahami perkembangan murid secara keseluruhan, baik masalah yang dihadapinya maupun latar belakangnya. Dengan demikian murid akan memperoleh bantuan yang tepat dan terarah. Pemahaman murid ini merupakan salah satu langkah yang harus dilaksanakan oleh pembimbing. Untuk dapat memahami murid dengan sebaik-baiknya, maka pembimbing perlu sekali mengumpulkan berbagai keterangan atau data tentang masing-masing murid. Undang-Undang Sistem Nasional No.20 tahun 2003 pasal 3 dinyatakan bahwa pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dilihat dari Undang-Undang diatas, bimbingan sangatlah berperan dalam pendidikan. Karena, pendidikan tanpa bimbingan tidak akan berjalan dengan baik. Pemikiran inilah yang menjadi latar belakang betapa pentingnya seorang guru mampu memahami bagaimana cara menggunakan teknik tes dan non-tes pada murid supaya setiap murid berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya. Pada bagian ini kami hanya akan membahas tentang teknik non-tes.
Teknik nontes merupakan teknik pengumpulan data yang tidak baku dan hasil rekayasa dari guru dan sekolah. Adapun kegunaan teknik nontes ialah untuk mengumpulkan data yang tidak dapat dikumpulkan dengan teknik tes, seperti kebiasaan belajar siswa baik di sekolah maupun di rumah, keterangan orangtua dan lingkungannya mengenai diri siswa, dan lainnya. Teknik nontes yang akan kita bahas bersama adalah: observasi, angket, dan wawancara.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan teknik non-tes?
2.      Apa yang dimaksud dengan observasi?
3.      Apa yang dimaksud dengan wawancara?
4.      Apa yang dimaksud dengan angket?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teknik non tes.
2.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan observasi.
3.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan wawancara.
4.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan angket.

D.    Manfaat Penulisan
1.      Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan studi perbandingan dalam upaya pembuatan makalah atau penelitian selanjutnya yang dianggap relevan, terutama terkait masalah teknik non tes dalam bimbingan dan konseling.
2.      Manfaat Praktis
Makalah ini diharapkan dapat menambah referensi dalam khazanah pengetahuan tentang teknik nontes dalam bimbingan dan konseling bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

 
BAB II
PEMBAHASAN

TEKNIK NON TES
Teknik non-tes merupakan prosedur pengumpulan data yang dirancang untuk memahami pribadi murid, yang pada umumnya bersifat kualitatif.
A.    Observasi
Observasi atau pengamatan yaitu teknik atau cara untuk mengamati keadaan atau suatu keadaan (tingkah laku).
1.      Ciri-ciri Observasi
Ciri-ciri observasi adalah sebagai berikut:
a.       Dilakikan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu,
b.      Direncanakan secara sistematis,
c.       Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan,
d.      Perlu diperiksa ketelitiannya.
2.      Jenis Teknik Observasi
Teknik observasi ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu:
a.       Observasi sehari-hari, yaitu observasi yang tidak direncanakan dengan seksama,
b.      Observasi sistematis, yaitu observasi yang direncanakan dengan seksama,
c.        Observasi parisipatif, yaitu observasi dimana observer berada dalam situasi yang sedang diamati.
d.      Observasi non-partisipatif, yaitu observasi dimana observer tidak turut atau berada dalam situasi kegiatan siswa.
Berdasarkan hubungan observer (pengamat) dengan kelompok yang diamatinya (observee), observasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.       Partisipan penuh
Pengamat menyamakan diri dengan orang yang diobservasi. 

Dengan demikian, observer dapat merasakan dan menghayati apa yang dialami oleh observee. Tidak jarang seorang observer tinggal bersama
dengan kelompok yang diamatinya dalam waktu yang cukup lama sehingga ia dianggap sebagai bagian dari yang bersangkutan.
b.      Observer sebagai pengamat
Masing-masing pihak, baik observer maupun observee, menyadari peranannya. Observer sebagai pengamat membatasi diri dalam berpartisipasi sebagai pengamat, dan observee menyadari bahwa dirinya adalah obyek pengamatan. Oleh karena itu, observer membatasi aktivitasnya dalam kelompok observee.
c.       Observer sebagai partisipan
Observer hanya berpartisipasi sepanjang yang dibutuhkan dalam “penelitian”nya.
d.      Pengamat sempurna (complete observer)
Observer hanya mejadi pengamat tanpa partisipasi dengan yang diamati.
3.      Pedoman Observasi
Agar data yang dikumpulkan melalui observasi dapat dicatat dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan pedoman observasi. Bentuk-bentuk pedoman observasi antara lain: (1) daftar cek (checklist); (2) skala penilaian (rating scale); (3) catatan anekdot (anecdotal records); (4) alat-alat mekanik (mechanical devices). Untuk keperluan memahami individu, pedoman ini akan dipakai oleh wali kelas, guru-guru, konselor, dan personil sekolah yang lain.
a.       Daftar Cek (Checklist)
Daftar cek adalah suatu daftar pernyataan yang memuat aspek-aspek yang mungkin terdapat dalam suatu situasi, tingkah laku, atau kegiatan individu yang sedang diamati. Semua aspek yang akan diobservasi dijabarkan dalam suatu daftar sehingga pada waktu observasi, observer (pengamat) tinggal membubuhkan tanda cek terhadap ada atau tidak adanya aspek-aspek yang menjadi pusat perhatian bagi diri individu atau kejadian yang diobservasi. Daftar cek ini dapat digunakan untuk mengobservasi individu atau kelompok individu.
Gejala-gejala perilaku atau tingkah laku seseorang yang dapat diobservasi dengan teknik ini antara lain: kebiasaan belajar, aktivitas belajar dan bekerja, kepemimpinan dan kerjasama, pergaulan, dan topik lain yang relevan dengan kegiatan akademik dan nonakademik dalam kehidupan sekolah.
b.      Skala Penilaian (Rating Scale)
Skala penilaian sangat erat hubungannya dengan daftar cek. Jika daftar cek untuk memberikan cek ada atau tidaknya gejala atau sifat yang diobservasi, maka pada skala penilaian didapatkan adanya tingkatan-tingkatan. Dengan kata lain, skala penilaian merupakan alat pengumpul data yang dipergunakan dalam observasi untuk menjelaskan, menggolongkan, dan menilai individu atau situasi. Dalam skala penilaian, aspek yang diobservasi dijabarkan dalam bentuk skala.
Skala penilaian pada umumnya terdiri dari suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah laku atau sifat yang harus dicatat secara bertingkat sehingga observer hanya memberikan tanda cek pada tingkat mana gejala atau ciri-ciri tingkah laku itu muncul. Berdasarkan pada alternatif skala yang dipakai untuk menilai dan menggolongkan gejala perilaku individu atau situasi, maka skala penilaian dapat dibedakan menjadi tiga bentuk: kuantitatif, deskriptif, dan grafis. Skala penilaian deskriptif adalah suatu alat observasi yang digunakan untuk mengamati gejala atau ciri-ciri tingkah laku individu atau situasi dalam mana alternatif skalanya dijabarkan dalam bentuk kata-kata. Skala penilaian grafis adalah suatu alat observasi yang digunakan untuk mengamati gejala atau ciri-ciri tingkah laku individu atau situasi di mana alternatif skalanya dijabarkan dalam bentuk grafis (garis).

c.       Catatan Anekdot (Anecdotal Records)
Catatan anekdot biasa juga dikenal dengan catatan berkala. Dalam catatan berkala, observer tidak mencatat kejadian-kejadian yang luar biasa, melainkan mencatat kejadian pada waktu-waktu yang tertentu. Apa yang dilakukan oleh observer adalah mengadakan observasi atas cara anak bertindak dalam jangka waktu yang tertentu dan kemudian observer memberikan kesan umum yang ditangkapnya. Setelah itu, observer menghentikan observasi untuk kemudian melakukan observasi dengan cara yang sama pada waktu lain seperti waktu-waktu sebelumnya. Catatan berkala dilakukan terhadap peristiwa yang dianggap penting dalam suatu situasi yang melukiskan perilaku dan kepribadian seseorang dalam bentuk pernyataan singkat dan objektif.
d.      Alat-Alat Mekanik (Mechanical Devices)
Dengan adanya kemajuan di bidang teknik maka observer dapat menggunakan alat-alat yang lebih baik di dalam melakukan observasi, misalnya dengan foto-foto/ slide, tape recorder, dan sebagainya.
4.      Kelebihan dan Kekurangan Observasi
Kelebihan observasi diantaranya sebagai berikut:
a.       Dapat digunakan untuk memperhatikan berbagai gejala tingkah laku.
b.      Memungkinkan pencatatan yang serempak dengan kejadian yang penting.
c.       Digunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dari teknik lain.
Selain itu, observasi juga memiliki kekurangan, antara lain sebagai berikut:
a.       Banyak hal-hal yang tidak dapat diamati dengan observasi langsung.
b.      Apabila objek observasi mengetahui bahwa ia sedang diamati cenderung melakukan kegiatannya dibuat-buat.
c.       Timbulnya suatu kegiatan yang hendak diobservasi tidak selalu dapat diramalkan sebelumya sehingga pengamat sukar untuk menentukan waktu yang tepat untuk melakukan observasi.
d.      Observasi banyak tergantung pada faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol.
B.     Wawancara
Wawancara merupakan teknik untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung dengan responden (orang yang diminta informasi), dalam hal ini bisa murid, orang tua murid, teman-temannya atau orang lain yang diminta keterangan tentang murid.
Contoh penggunaan wawancara ini seperti guru ingin mengetahui informasi dari murid yang sering membolos dari sekolah. Di sini dapat mengajukan pertanyaan tentang : identifikasi orangtua, jarak tempat tinggal, perhatian orangtua terhadap belajar murid, keadaan ekonomi, kegiatan sehari-hari yang dilakukan murid dan alasannya mengapa sering membolos, minat bersekolah, dan lain-lain.
1.      Macam-Macam Teknik Wawancara
a.       Menurut jumlah orang yang diwawancarai, maka wawancara dapat dibedakan:
1)      Wawancara perorangan (individual), yaitu wawancara yang dilakukan oleh seorang (pewawancara) dengan responden tunggal.
2)      Wawancara kelompok, yaitu wawancara yang dilakukan terhadap sekelompok orang dalam waktu yang bersamaan.
b.      Menurut peran yang dimainkan, maka wawancara dapat dibedakan menjadi:
1)      The non-directive interview, yaitu wawancara yang digunakan dalam proses konseling;
2)      The focused interview, yaitu wawancara yang ditujukan kepada orang-orang tertentu yang mempunyai hubungan dengan objek-objek yang diselidiki; dan
3)      The repeated interview, yaitu wawancara yang berulang. Wawancara ini terutama digunakan untuk mencoba mengikuti perkembangan tertentu terutama proses sosial.
c.       Berdasarkan subyek atau responden dan tujuannya, wawancara dapat dibedakan menjadi:
1)      Wawancara jabatan (the employment interview) ialah wawancara yang ditujukan untuk mencocokan seorang calon pegawai dengan pekerjaannya yang tepat. Wawancara ini ditujukan untuk mendapatkan gambaran sampai dimana sifat-sifat yang dipunyai oleh seseorang terhadap kriteria yang diminta oleh suatu employment;
2)      Wawancara disipliner atau wawancara administratif (administrative interview) ialah wawancara yang ditujukan untuk ”menuntut” perubahan tingkah laku individu ke arah kegiatan yang diinginkan oleh pewawancara. Wawancara ini dijalankan untuk keperluan administrasi, misalnya untuk kesejahteraan organisasi, untuk mendapatkan perubahan-perubahan didalam tindakannya (changes in behaviour);
3)      Wawancara konseling (counseling interview) ialah wawancara yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi atau memecahkan masalahnya dengan kata lain wawancara ini ini dijalankan untuk keperluan konseling; dan
4)      Wawancara fact-finding ialah wawancara dengan teknik pengumpulan data / fakta.
2.      Kelebihan dan Kekurangan Wawancara
Kelebihan wawancara sebagai teknik pengumpul data, adalah sebagai berikut.
a.       Wawancara merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi murid.
b.         Dengan wawancara maka pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas dapat diperjelas oleh pewawancara sehingga responden lebih mengerti akan apa yang dimaksudkan.
c.         Dapat dilakukan terhadap setiap tingkatan umur.
d.        Oleh karena ada hubungan langsung (face to face), maka diharapkan dapat menimbulkan suasana persaudaraan yang baik, sehingga akan mempunyai pengaruh yang baik pula terhadap hasil wawancara
e.         Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi.
f.          Digunakan untuk pelengkap data yang dikumpulkan dengan teknik lain.
Kelemahan – kelemahannya, diantaranya sebagai berikut.
a.       Tidak efisien, yaitu tidak dapat menghemat waktu secara singkat.
b.      Sangat tergantung pada kesediaan kedua belah pihak.
c.       Menurut penguasaan bahasa dari pihak pewawancara.

C.     Angket
Angket (kuisioner) merupakan alat pengumpul data (informasi) melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan responden (murid).
Beberapa petunjuk untuk menyusun angket :
a.       Gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti rangkap.
b.      Susunan kalimat sederhana tapi jelas.
c.       Hindarkan pemakaian kata-kata yang sulit dipahami.
d.      Hindarkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak perlu.
e.       Selanjutnya petanyaan jangan bersifat memaksa untuk dijawab.
f.       Hindarkan kata-kata yang bersifat negatif dan menyinggung perasaan responden.
1.      Bagian Pokok Angket
Pada umumnya di dalam angket itu kita dapati dua bagian pokok, yaitu:
a.       Bagian yang mengandung data identitas
Bagian yang mengandung data identitas merupakan bagian yang mengandung data tentang keadaan diri orang atau anak yang diberi angket tersebut, misalnya nama, tanggal lahir, jenis kelamin, bangsa, agama, dsb
b.      Bagian yang mengandung pertanyaan-pertanyaan yang ingin diperoleh jawabannya
Bagian yang mengandung pertanyaan fakta atau opini ialah bagian yang mengandunng pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan fakta atau opini.
Serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada responden melalui angket dapat berupa: pertanyaan fakta, mencakup: umur, pendidikan, agama, alamat, nama, kelas; pertanyaan tentang pendapat dan sikap, mencakup perasaan dan sikap responden tentang sesuatu; pertanyaan tentang informasi, mencakup apa yang diketahui oleh responden dan sejauh mana hal tersebut diketahuinya; dan pertanyaan tentang persepsi diri, mencakup penilaian responden terhadap perilakunya sendiri dalam hubungannya dengan orang lain.
Untuk keperluan di sekolah, angket disiapkan untuk membantu para guru agar dapat memahami siswa lebih mendalam.
2.      Jenis-jenis Angket
Ada berbagai  macam angket. Berikut ini akan dijelaskan satu persatu:
a.       Dilihat dari sumber datanya, angket dapat dibedakan sebagai berikut:
1)      Angket langsung, yaitu apabila angket tersebut langsung diberikan kepada orang yang dimintai pendapat atau jawabannya atau responden yang ingin diselidiki. Jadi, kita mendapatkan data dari sumber pertama (first resource), tanpa menggunakan perantara untuk memperoleh jawaban. Misalnya: angket siswa.
2)      Angket tidak langsung, yaitu apabila angket disampaikan kepada orang lain yang dimintai pendapat tentang keadaan seseorang. Jenis angket ini membutuhkan perantara untuk mendapatkan data sehingga jawaban yang diperoleh tidak dari sumber pertama. Misalnya: angket orangtua tentang anaknya, angket guru tentang siswanya, dan lain-lain.
b.      Dilihat dari strukturnya, angket dapat dibedakan sebagai berikut:
1)       Angket berstruktur, ialah angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan beserta jawabannya yang jelas, singkat, dan konkret.
2)      Angket tidak berstruktur, ialah angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bebas dan uraian yang panjang lebar dari responden.
c.       Berdasarkan jenis pertanyaannya, angket dibedakan sebagai berikut.
1)      Pertanyaan terbuka (open questions), yaitu angket yang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada responden untuk memberikan jawaban atau tanggapannya. Biasanya jenis angket ini digunakan apabila ingin mendapatkan opini.
2)      Pertanyaan tertutup (closed questions), yaitu pertanyaan-pertanyaan yang membuat responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan di dalam angket itu. Jadi, jawabannya terikat. Responden tidak dapat memberikan jawaban secara bebas seperti yang mungkin dikehendaki oleh responden. Biasanya jika masalah yang hendak dicari jawabannya sudah jelas maka orang akan menggunakan jenis angket ini.
3)      Kombinasi terbuka dan tertutup (open and closed questionaire), yaitu jika jawabannya sudah ditentukan, kemudian disusul pertanyaan terbuka.
3.      Langkah-langkah Penyelenggaraan Teknik Angket
1.      Tahap persiapan
Langkah pertama, memerinci atau menjabarkan variabel-variabel yang akan diukur. Contohnya dalam angket siswa variabel-variabelnya meliputi: riwayat pendidikan atau sekolah, harapan-harapan, cita-cita, kebiasaan belajar, hobi, aktivitas di luar sekolah atau keorganisasian, keadaan keluarga, dan lingkungan tempat tinggal.
Langkah kedua, menetapkan model jawaban, yang ditentukan oleh bentuk jawaban yang dikehendaki dari variabel angket tertentu. Seperti jawaban uraian singkat, jawaban kategorikal, jawaban berskala, jawaban tabuler, jawaban dengan cek atau pilihan ganda. Pada tahap ini perlu dipertimbangkan juga kelebihan dan kelemahan masing-masing model jawaban.
Langkah ketiga, menyusun angket; yang perlu memperhatikan komponen-komponen: pengantar, petunjuk pengisian, butir-butir pertanyaan, dan penutup.
a.       Pengantar
Maksud utama dari pengantar ialah mengadakan pendekatan terhadap responden agar bersedia memberikan keterangan yang dibutuhkan. Dengan demikian, pengantar perlu dirumuskan dengan baik, yang memuat tentang: tujuan angket secara jelas dan diplomatis serta harapan kerjasama, dan menunjukkan ketegasan tentang jaminan kerahasiaan informasi yang diberikan siswa.
b.      Petunjuk pengisian
Petunjuk pengisian angket harus dirancang dengan baik dan jelas sebab akan mempermudah responden dalam mengisi setiap butir pertanyaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam petunjuk angket adalah: petunjuk pengisian angket hendaknya dirumuskan dengan bahasa yang sederhana, singkat dan mudah dimengerti, petunjuk memuat tentang cara mengisi angket, misal: jawaban dengan melingkari, memberi tanda silang, memberi tanda cek, diisi dengan jawaban bebas atau isian singkat, dan dimana mengisinya.
c.       Penyusunan butir pertanyaan
Beberapa petunjuk yang harus diperhatikan dalam menyusun butir pertanyaan adalah susunan kalimat hendaknya sederhana dan jelas, gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti ganda, pertanyaan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan responden, hindarkan kata-kata yang bersifat sugestif, pertanyaan jangan bersifat memaksa untuk dijawab, pertanyaan jangan menuntut siswa/ responden untuk berpikir terlalu berat, gunakan kata-kata yang netral, hindarkan kata-kata yang tidak berguna atau tidak perlu.
d.      Penutup
Bagian ini berisi ucapan terima kasih kepada responden atau siswa karena dedikasinya dalam bekerjasama untuk kepentingan bimbingan.
2.      Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini kita mempersiapkan instrumen angket beserta lembar jawaban yang diperlukan. Kemudian membagikan instrumen tersebut untuk diisi siswa/ responden. Selanjutnya kita membacakan petunjuk pengisiannya dan mengecek jumlah siswa/responden yang sudah mengembalikan angket dan lembar jawabannya.
3.      Tahap Analisis Hasil
Pada tahap ini terlebih dahulu dilakukan penyekoran terhadap jawaban responden. Penyekoran ini dibedakan atas penyekoran terhadap pertanyaan-pertanyaan tertutup atau berstruktur dengan model jawaban yang sudah tersedia dan terbatas, serta penyekoran terhadap pertanyaan-pertanyaan terbuka atau tidak berstruktur yang memerlukan jawaban uraian bebas. Kemudian, mengelompokkan jawaban responden atas variabel-variabel yang diukur. Selanjutnya, akan diperoleh gambaran menyeluruh tentang responden. Adapun untuk keperluan penginterpre-tasian data hasil analisis angket ini harus pula dikaitkan dengan hasil analisis data dengan teknik lain, misalnya: teknik observasi, wawancara, dsb.
4.      Kelebihan dan Kekurangan Teknik Angket
Kelebihan angket sebagai instrumen pengumpul data.
a.       Teknik angket lebih efisien bila ditinjau dari pembiayaan dan jumlah responden karena dapat mengumpulkan data dalam jumlah responden yang besar dalam waktu yang singkat.
b.      Dapat mengungkap data yang memerlukan perkembangan dan pemikiran, dan bukan jawaban spontan. Setiap jawaban dapat dipikirkan masak-masak terlebih dahulu, karena tidak terikat oleh cepatnya waktu yang diberikan kepada responden untuk menjawab pertanyaan sebagaimana dalam wawancara.
c.       Dapat mengungkap keterangan yang mungkin bersifat pribadi dan tidak akan diberikan secara langsung. Dalam menjawab pertanyaan melalui angket, responden dapat lebih leluasa karena tidak dipengaruhi oleh sikap mental hubungan antara peneliti dan responden.
d.      Data yang dikumpulkan dapat lebih mudah dianalisis, karena pertanyaan yang diajukan kepada setiap responden sama.
Sedangkan keterbatasan angket sebagai instrumen pengumpul data adalah sebagai berikut:
a.       Tidak akan dapat menjaring data yang sebenarnya jika petunjuk pengisian tidak jelas.
b.      Tidak dapat diketahui dengan pasti bahwa responden sungguh-sungguh dalam mengisi angket. Sering terjadi angket juga diisi oleh orang lain (bukan responden yang sebenarnya), karena dilakukan tidak secara langsung berhadapan muka antara peneliti dan responden.
c.       Tidak dapat ditambah keterangan yang dapat diperoleh lewat observasi; dan
d.      Angket diberikan terbatas kepada orang yang melek huruf.


BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Teknik non-tes merupakan prosedur pengumpulan data yang dirancang untuk memahami pribadi murid, yang pada umumnya bersifat kualitatif. Teknik non tes terdiri dari observasi, wawancara, angket, dan lain-lain. Teknik-teknik tersebut bertujuan untuk membantu memberi informasi kepada guru untuk mengetahui anak mana yang berbakat, kemampuan tinggi, kemampuan rendah, anak bermasalah dan sebagainya.
B.     Saran
1.      Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan keinginannya.
2.      Lakukanlah beberapa teknik non-tes yang bisa memecahkan masalah yang dihadapi siswa.
3.      Lakukanlah secara kontinu/berkesinambungan untuk mengetahui keadaan siswa
4.      Berikanlah bimbingan dan pengarahan tambahan kepada siswa bila hal ini diperlukan.
 
 
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, Azwar. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar Offset.

Saifuddin, Azwar. 1998. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukutan Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar Offset.

Setiawati, dkk. 2007. Bimbingan dan Konseling. Bandung: UPI PRESS.

Rakhmat, Cece dkk. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: UPI PRESS.

Suherman, . 2006. Memahami Karakteristik Siswa. Bandung: UPI PRESS.

Rustiani, Risa. 2010. Perkembangan Peserta Didik. [online]. Tersedia: http://perkembanganpesertadidik.blogspot.com. [18 Februari 2014].

Banjari, Mujahid. 2012.Teknik Tes. [online]. Tersedia: http://mujahidbanjari.wordpress.com ./2012/12/04/teknik-tes. 18 Februari 2014.

Muchlis, In. 2012. Teknik Tes dan Non Tes. [online]. Tersedia: http://inmuchlis.blogspot.com/2012/01teknik-tes-dan-non-tes.html. [18 Februari 2014]






Tag : MAKALAH BK
0 Komentar untuk "Contoh Teknik-Teknik Memahami Perkembangan Siswa (Teknik Non Tes 1: Observasi, Wawancara, Angket)"

Back To Top