katazikurasana30. Diberdayakan oleh Blogger.

Contoh Makalah Agama Tentang Manusia Agama dan Islam


BAB I

PENDAHULUAN



1.1    Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT, yang diberi keturunan dan kelebihan dari makhluk lainnya. Manusia diberi kelebihan akal untuk berfikir dalam kehidupannya, pada hakikatnya akal itu dijadikan agar manusia dapat mengembangkan pola pikir untuk memilah dan memilih yang baikd antara lain benar. Dan pada dasarnya manusia diciptakan untuk beribadah kepada penciptanya yaitu Allah SWT. Dan kepercayaannya itu dimuat melalui perantara agama sebagai jebatan manusia beribadah. Melalui agama islam sebagai agama yang sempurna banyak sekali kaidah yang didapatkan manusia untuk sebagai acuan sebuah kepercayaan pada sang khalik, yang dijadikan dan diyakini agar manusia selamat dunia dan akhirat.

Salam itu dalam islam diajarkan pula tentang hubungan manusia dengan manusia dalam pola kehidupan sosial bermasyarakat yang diatur sedemikian rupa hingga manusia dapat hidup berdampingan.



1.2    Tujuan

Dalam penyusunan makalah ini penulis memiliki tujuan sebagai berikut :

1.       Untuk  mengetahui bagaimana Islam mengatur manusia dalam pola kehidupannya agar selamat dunia dan akhirat

2.       Untuk memenuhi salah satu tugas kuliah PAI.





BAB II

ISI



MANUSIA, AGAMA , DAN ISLAM

Manusia adalah makhluk yang sadar ketuhanan. oleh karena itu, beragama merupakan kebutuhan fitri manusia yang harus disalurkan. Satu-satunya wadah yang tepat untuk menyalurkan rasa keberagamaan adalah agama. Islam diberikan Allah sebagai hidayah bagi manusia dalam menempuh kehidupan di dunia ini agar mendapat kebahagiaan yang hakiki, lahir-batin.



2.1 Beragama Sebagai Kebutuhan Fitri

Manusia terdiri atas dimensi fisik dan non-fisik yang bersifat potensial. Dimensi non-fisik ini terdiri atas berbagai domain rohaniah yang saling berkaitan, yaitu jiwa (psyche), fikiran (ratio), dan rasa (sense). Yang dimaksud rasa di sini adalah kesadaran manusia akan kepatutan (sense of ethic), keindahan (sense of aesthetic), dan kebertuhanan (sense of theistic).

Rasa kebertuhanan (sense of theistic) adalah perasaan pada diri seseorang yang menimbulkan keyakinan akan adanya sesuatu yang Mahakuasa di luar dirinya (transendence) yang menentukan segala nasib yang ada. Perasaan ini mendorongnya pada keyakinan akan adanya Tuhan atau sesuatu yang perlu dipertuhankan yang menentukan segala gerak kehidupan di alam ini.

Keyakinan akan adanya Tuhan dicapai oleh manusia melalui tiga pendekatan, yaitu :

1.       Material experience of humanity; argumen membuktikan adanya Tuhan melalui kajian terhadap fenomena alam semesta.

2.       Inner experience of humanity, argumen membuktikan adanya Tuhan melalui kesadaran batiniah dirinya.

3.       Spiritual experience of humanity, argumen membuktikan Tuhan didasarkan pada wahyu yang diturunkan oleh Tuhan melalui utusan-Nya.

Keyakinan akan adanya Tuhan ini menimbulkan suatu kecenderungan pada manusia untuk berhubungan dengan-Nya dan kerinduan untuk mendapatkan perlindungan dan bantuan-Nya. Oleh karena itu, manusia membutuhkan sarana untuk menyabarkan kecenderungan dan kerinduan ini. Dalam hal ini, agama merupakan sarana yang paling representatif untuk kepentingan ini. Dalam menyalurkan dan mengembangkan fitrah keberagamaan ini, manusia secara individual mengadopsi salah satu agama yang telah terlembagakan, baik melalui proses pewarisan orang tua atau pilihan sendiri secara sadar. Meskipun demikian, ada juga segolongan manusia yang membunuh fitrah keagamaan ini dengan menolak segala ajaran agama dan menafikan adanya Tuhan.



2.2 Pengertian Dan Asal-Usul Agama

Agama adalah suatu sistem ajaran tentang Tuhan, di mana penganut-penganutnya melakukan tindakan-tindakan ritual, moral, atau sosial atas dasar aturan-aturan-Nya. Oleh karena itu, umumnya suatu agama mencakup aspek aspek sebagai berikut :

  1. Aspek kredial, yaitu ajaran tentang doktrin-doktrin ketuhanan yang harus diyakini.
  2. Aspek ritual, yaitu ajaran tentang tata-cara berhubungan dengan Tuhan untuk minta perlindungan dan pertolongan-Nya atau untuk menunjukkan kesetiaan dan penghambaan.
  3. Aspel moral, yaitu ajaran tentang aturan berperilaku dan bertindak yang benar dan baik bagi individu dalam kehidupan.
  4. Aspek sosial, yaitu ajaran tentang aturan hidup bermasyarakat.

Dalam keempat aspek ini, tiap-tiap agama memiliki penekanan yang berbeda-beda.

Melihat asal-usul terbentuk dan berkembangnya suatu agama sebagai sebuah lembaga kepercayaan dapat dikategorikan ke dalam tiga jenis, yaitu :

Pertama, agama yang muncul dan berkembang dari budaya masyarakat. Pada awalnya seringkali muncul sebagai reaksi pada lingkungan alam tempat sekelompok manusia hidup. Pada agama sejenis ini, sistem kepercayaan serta ritus-ritus dan aturan-aturan perilaku seringkali terkait dengan keadaan lingkungan alamnya, seperti pemujaan terhadap gunung yang dianggap sebagai tempat bersemayamnya Tuhan. Agama sejenis ini dapat disebut dengan Agama Budaya atau Agama Bumi (dalam bahasa Arab disebut Ardli), seperti Hindu, Shinto, atau agama-agama primitif dan tradisional.

Kedua, agama yang disampaikan oleh orang-orang yang mendapat wahyu dari Tuhan dan ajaran-ajaran yang mereka sebarkan juga berasal dari Tuhan. Dalam agama ini, pendiri (penyebar pertama) agama tidak menjadi sentral ajaran, tapi hanya berfungsi sebagai penyampai kepada ummat manusia. Agama sejenis ini disebut agama wahyu atau agama langit (dalam bahasa Arab langit disebut samawi), yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam.

Ketiga, agama yang berkembang dari pemikiran seorang filosof besar. Dia tidak mengaku dan mengklaim bahwa dirinya mendapatkan wahyu dari Tuhan, tetapi dia memiliki pemikiran pemikiran yang mengagumkan tentang konsep-konsep kehidupan sehingga banyak orang yang mengikuti pandangan hidupnya dan kemudian melembaga sehingga menjadi kepercayaan dan ideologi bersama suatu masyarakat. Agama semacam ini dapat dinamakan sebagai agama filsafat. Dalam kelompok ini dapat dimasukkan agama-agama seperti Konfusianisme (Konghucu), Taoisme, Zoroaster, atau Budha.



2.3 Agama-Agama Besar

Di antara sekian banyak agama yang ada di permukaan bumi, ada beberapa agama yang dianggap besar karena banyak penganutnya dan ajaran-ajarannya sistematis, yaitu: Agama Kristen, Agama Katolik, Agama Islam, Agama Hindu, Agama Budha, Agama Kong Hu Chu, Agama Shinto, Agama Yahudi, Agama Zoroaster, dll. Di antara agama-agama tersebut ada yang bersifat kebangsaan (nasional) dan ada yang bersifat mendunia (mondial). Yang bersifat kebangsaan adalah agama yang identik dengan suatu bangsa atau ras tertentu dan bangsa penganutnya mengklaim bahwa agama tersebut sebagai miliknya saja, sedangkan bangsa atau ras lain tidak harus menjadi pengikut dan penganutnya, seperti Yahudi bagi bangsa Yahudi dan Hindu bagi bangsa India atau Kong Hu Chu bagi bangsa Cina, Shinto bagi orang Jepang. Sedangkan agama mondial adalah agama yang mengklaim sebagai agama untuk seluruh bangsa. Oleh karena itu, ajaran-ajarannya disebarkan kepada seluruh bangsa di dunia. Agama sejenis ini disebut agama mesianis, seperti agama Islam, agama Kristen dan Budha.



2.4 Islam Sebagai Agama Fitrah

Allah berfirman dalam AI-Quran yang terjemahannya :

"Maka hadapkanlah arah hidupmu secara lurus pada ajaran agama ini (Islam). Agama yang selaras dengan fitrah manusia yang telah ditetapkan padanya sejak awal penciptaan". (Al­-Rum/30: 30).

Islam adalah sistem ajaran ketuhanan yang berasal dari Allah Swt. diturunkan kepada ummat manusia dengan wahyu melalui perantaraan Nabi Muhammad saw. Sebagai agama yang datang dari Tuhan yang menciptakan manusia sudah tentu ajaran Islam akan selaras dengan fitrah kejadian manusia. Fitrah dalam arti pembawaan asal manusia secara umum sejak kelahiran (bahkan sejak awal penciptaan) dengan segala karakteristiknya yang masih bersifat potensial atau masih berupa kekuatan tersembunyi yang masih perlu dikembangkan dan diarahkan oleh ihtiar manusia baik fitrah yang berkaitan dengan dimensi fisik atau non fisik, yaitu akal, nafsu, perasaan dan kesadaran (qalb), dan ruh.

Berbicara masalah keselarasan ajaran Islam dengan fitnah kemanusiaan tidak berarti bahwa ajaran Islam selalu mewadahi dan mengakomodasi kecenderungan-kecenderungan yang dibawa oleh sifat dari setiap unsur fitrah tersebut. Hal ini karena setiap unsur dari fitrah memiliki karakter dan kecenderungan yang berbeda (kearah yang positif, negatif atau netral). Oleh karena itu, Islam mengarahkan fitrah-fitrah ini kepada hal-hal yang konstruktif bagi kehidupan manusia, baik individual ataupun komunal tanpa membunuh potensi yang dimiliki oleh setiap jenis fitrah tersebut. Dengan arahan ajaran Islam, fitrah kemanusiaan akan membawa manusia ke arah kebaikan baik bagi dirinya atau yang lainnya, baik kebaikan personal atau kebaikan komunal.

Sebagai misal, akal sebagai instrumen untuk berfikir sangat penting dan menentukan bagi hidup manusia tetapi dalam mengembangkan kemampuan akal manusia memiliki kecenderungan malas dan kurang minat. Oleh karena itu, ajaran Islam mendorong manusia agar mau berfikir dan mengembangkan kemampuannya serta mengaktifkannya sehingga terus hidup dan terus bekerja. Meskipun demikian, akal manusia memiliki sifat liar tak terkendali. Ajaran Islam membimbing manusia ke arah mana manusia harus berfikir.

Nafsu adalah unsur pendorong gerak pada manusia sehingga manusia menjadi dinamis, tanpa nafsu hidup manusia akan statis. Tapi bersamaan dengan itu, nafsu memiliki potensi membawa manusia pada akibat buruk bagi kehidupan apabiia tidak dikendalikan. Oleh karena itu, ajaran Islam mengendalikan arah perkembangan nafsu ini tanpa membunuhnya, dan dalam batas tertentu mengeremnya agar tidak menjerumuskan manusia pada kebinasaan.



2.5 Nama, Pengertian, Dan Misi Islam

1.       Nama Agama : ISLAM

Allah berfirman dalam Al-Quran yang terjemahannya"

"Pada hari ini Aku lengkapkan agamamu dan Aku sempurnakan nikmat-Ku atasmu dan Aku ridla Islam sebagai agamamu'° (Q,s, Al-­Maidah/5:3)

ISLAM adalah nama yang ditetapkan Allah Swt, secara eksplisit di dalam AI-Quran untuk sistem ajaran ketuhanan yang disampaikan melalui Nabi Muhammad saw, kepada ummat manusia. Oleh sebab itu, Islam sebagai suatu sistem ajaran tidak boleh disebut dengan sebutan lain, baik dinisbatkan kepada nabi pembawanya seperti MOHAMEDAIVISM atau kepada bangsa pemeluknya, misalnya Arabism, karena Islam adalah sistem ajaran yang berasal dari Allah. Islam adalah sistem ajaran bagi seluruh ummat manusia di dunia bukan untuk bangsa atau ras dan suku bangsa tertentu saja.

Orang yang menganut, memeluk dan mengikuti ajaran Islam disebut MUSLIM. Setelah menjadi seorang muslim, seseorang tidak boleh lagi disebut KAFIR dan diperlakukan seperti orang kafir, Sabda Nabi saw. "°Siapa mengkafii-kan seorang muslim (penganut Islam), ia sendlrl telah kafir"

2.       Pengertian ISLAM

Islam secara etimologis berasal dari tiga akar kata :

a.       Salam; artinya damai atau kedamaian,

b.        Salamah; artinya keselamatan,

c.       Aslama; artinya berserah diri atau tunduk patuh.

Melihat akar katanya, kata ISLAM dapat mengandung makna sebagai berikut :

a.       Memasuki kedamaian dan menciptakan rasa damai dalam kehidupan,

b.       Menemukan keselamatan atau terbebas dari bencana, baik bencana hidup di dunia atau bencana hidup di akhirat,

c.       Berserah diri atau tunduk patuh pada aturan-aturan hidup yang telah ditetapkan oleh Allah Swt.

Secara terminologis, ISLAM adalah satu sistem ajaran ketuhanan (agama) yang berasal dari Allah Swt. yang disampaikan kepada ummat manusia melalui risalah yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu, sebutan ISLAM sebagai nama suatu agama, hanya berlaku secara eksklusif untuk agama yang dianut oleh pengikut Nabi Muhammad saw.

 

3.       Misi Agama Islam

Selaras dengan arti dan makna etimologisnya, Agama Islam melalui semua ajaran-ajaran yang disampaikannya mengandung tiga misi, yaitu :

a.       Mengajar manusia untuk tunduk patuh (aslama) pada aturan-­aturan Allah (submission to the will of God) dalam menjalani kehidupannya di dunia.

b.       Membimbing manusia untuk menemukan kedamaian dan dalam menciptakan kedamaian.

c.       Memberikan jaminan kepada manusia untuk mendapatkan keselamatan dan terbebas dari bencana hidup baik di dunia atau di akhirat.

Sekalipun sebutan Islam sebagai nama agama hanya berlaku secara eksklusif bagi sistem ajaran ketuhanan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. namun misi ajaran Islam seperti disebutkan di atas adalah juga misi ajaran ketuhanan yang telah disampaikan oleh para nabi dan rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu, semua ajaran Allah bagi ummat manusia yang disampaikan oleh semua nabi atau rasul, pada hakekatnya adalah Islam juga (sekalipun tidak disebut dengan nama Islam). Dengan, demikian, para nabi atau rasul dalam Al-Quran menyebut dirinya muslim dan menyuruh umatnya agar manjadi muslim sampai mati. Allah berfirman dalam AI-Quran yang terjemahnya:

Ibrahim berwasiat dengannya (yaitu dengan Islam), juga Ya’kub: "Wahai anak anakku sesungguhnya Allah telah memilihkan untukmu suatu agama (yang benar), maka janganlah kalian meninggal kecuali dalam keadaan muslim (dalam tunduk patuh pada ajaran Allah)". (Q.s. Al-Baqarah/2: 132)

  

2.6 Islam Sebagai Hidayah (Petunjuk) Dalam Kehidupan

Allah swt. berfirman yang terjemahannya :

 Nanti akan Aku berikan kepadamu petunjuk (dalam menempuh kehidupan). Siapa yang mengikuti petunjuk-Ku tersebut, niscaya mereka tidak akan ditimpa rasa khawatir dan takut (dalam kehidupan) dan tidak akan bersedih hati (Q.s. Al-­Baqarah/2 : 38).

1.       Hidayah Allah untuk Manusia

Hidayah artinya "petunjuk yang diberikan oleh Allah kepada makhluk hidup agar mereka sanggup menghadapi tantangan kehidupan dan menemukan solusi (pemecahan) bagi persoalan hidup yang dihadapinya". Hidayah merupakah alat bantu yang diberikan oleh Allah kepada makhluk hidup untuk mempermudah menjalani kehidupannya.

Ada empat tingkat hidayah yang diberikan oleh Allah kepada manusia, yaitu :

a.       Hidayah ghariziyah (bersifat instinktif), disebut juga hidayah fitriyyah, yaitu petunjuk untuk kehidupan yang diberikan oleh Allah Swt. bersamaan dengan kelahiran berupa kemampuan jadi dalam menghadapi kehidupan sehingga sanggup untuk survive (bertahan hidup).

b.       Hidayah hissiyah (bersifat indrawi), yaitu petunjuk berupa kemampuan indra dalam menangkap citra lingkungan hidup sehingga ia dapat menentukan lingkungan mana yang sesuai dengannya (kemampuan adaptif) sehingga menemukan kenyamanan dalam menjalani kehidupan (secara fisikal).

Kedua hidayah ini diberikan juga kepada binatang dengan fungsi yang sama. Dalam tahap tertentu dan pada jenis tertentu, bahkan binatang mendapatkan hidayah lebih tinggi, dalam arti kemampuan indrawi binatang tersebut lebih mumpuni daripada kemampuan indrawi manusia.

c.       Hidayah aqliyah (bersifat intelektual), yaitu petunjuk yang diberikan Allah berupa kemampuan berfikir sehingga mampu mengolah segala informasi yang ditangkap melalui indra. Dengan kemampuan ini manusia memiliki kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan, memanipulasi dan merekayasa lingkungan untuk menciptakan kemudahan, kesejahteraan dan kenyarnanan hidupnya.

d.      Hidayah diniyah (berupa ajaran agama), yaitu petunjuk yang diberikan Allah Swt. berupa ajaran-ajaran praktis untuk diterapkan dalam meniti kehidupan secara individual dan menata kehidupan secara komunal sehingga manusia mendapatkan kebahagiaan dan kenikmatan hakiki dan ketenangan batin dalam menjalani kehidupannya.

Hidayah ketiga dan keempat ini hanya diberikan kepada manusia. dengan kedua jenis hidayah inilah manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Hidayah aqliyah (kemampuan intelektual) manusia berbeda secara signifikan bila dibandingkan dengan binatang (demikian pula dengan jin dan malaikat). Hidayah diniyah (petunjuk agama), manusia dapat mencapai ke tingkat yang lebih tinggi dari malaikat sekalipun.

Hidayah-hidayah ini merupakan alat bantu bagi manusia untuk mempermudah menjalani kehidupan sehingga diperoleh kemampuan melanjutkan kehidupan (survival), keluasan, kepuasan (comfort) dan kenikmatan lahir bathin dalam kehidupan.

Bagi manusia, hidayah ghariziyah (instinktif) merupakan alat bantu sementara, hidayah hissiyah (indrawi) alat bantu mediatif (antara), hidayah aqliyah (intelektual) alat bantu pengembangan, dan hidayah diniyah (agama) alat bantu penyempurnaan, yaitu mencapai kebahagiaan hakiki.

2.       ISLAM, Satu-satunya Hidayah Agama dari Allah Swt.

Untuk membimbing manusia dalam meniti dan menata kehidupan, Allah menurunkan agama Islam sebagai pedoman yang harus dijadikan referensi dalam menetapkan setiap keputusan, dengan jaminan ia akan terbebas dari segala     kebingungan dan kesesatan.

Firman Allah yang terjemahannya :

Nanti akan Aku berikarr kepadamu petunjuk (dalam menempuh kehidupan). Siapa yang mengikuti petunjuk-Ku tersebut, niscaya mereka tidak akan ditimpa rasa khawatir dan takut (dalam kehidupan) dan tidak akan bersedih hati (Q.S, Al--Baqarah/2 :.38).

Allah Swt. menegaskan bahwa satu-satunya hidayah yang benar yang diridla-Nya itu adalah agama Islam.

"Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah ISLAM". Q.S. Ali

Imran/3: 19)

“Pada hari ini Aku lengkapkan bagimu agamamu dan Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu, dan Aku ridla Islam sebagai agamamu”. (Q.S, Al-Maidah/5:3)

Dalam kedudukan sebagai hidayah bagi kehidupan manusia di dunia agama ISLAM dapat berperan dan berfungsi sebagai :

1.       Pemberi makna bagi perbuatan manusia.

2.       Alat kontrol bagi rasa dan emosi.

3.       Pengendali bagi nafsu yang berkembang.

4.       Pemberi reinforcement (dorongan) terhadap kecenderungan berbuat baik pada manusia.

5.       Penyeimbang bagi kondisi psikis yang berkembang.



 BAB III

PENUTUP



3.1         Kesimpulan

1.      Manusia merupakan makhluk yang sadar tentang ketuhanan dan dilahirkan dengan fitrahnya

2.      Islam diciptakan Allah SWT untuk memberikan jaminan pada manusia untuk mendapatkan keselamatan dunia akhirat

3.      Membimbing manusia menciptakan kedamaian

4.      Mengajarkan manusia untuk tunduk patuh pada aturan-aturan Allah dalam menjalani kehidupan di dunia



3.2         Saran

Bahwa dalam menjalani hidup diperlukan sebuah pegangan agama (Islam). Untuk itu kita semestinya harus menjunjung tinggi Islam dan memahami betul apa itu Islam dan tujuan manusia.
0 Komentar untuk "Contoh Makalah Agama Tentang Manusia Agama dan Islam"

Back To Top