katazikurasana30. Diberdayakan oleh Blogger.

Contoh Faktor Penyebab Kesulitan Siswa dalam Keterampilan Berbicara dalam Skripsi Bahasa Inggris

           4.2.2     Faktor Penyebab Kesulitan Siswa dalam Keterampilan Berbicara
Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa asing yang paling banyak dipelajari di Indonesia. Selain itu juga bahasa Inggris dipergunakan oleh berbagai negara. Menurut Crystal (Rina dan Sirajuddin, 2003) bahwa bahasa Inggris tersebar dan dipergunakan hampir seperempat penduduk dunia dan terus akan berkembang menjadi satu setengah trilyun pada awal tahun 2000 an ini. Bahasa asing sendiri merupakan bahasa yang dipelajari di dalam sebuah lingkungan dimana bahasa tersebut bukanlah bahasa utama yang digunakan untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan terdapat berbagai keterbatasan untuk mempelajarinya. “A lack of chances of practicing the new language outside is one of the difficult aspects in learning a language, too”. (Ji eun lee, 2008: 1)”. Kurangnya kesempatan untuk berlatih bahasa baru di luar adalah salah satu aspek yang sulit dalam belajar bahasa. Bahasa baru jarang digunakan dalam kehidupan nyata, sehingga siswa merasa tidak perlu belajar bahasa baru. Mereka tidak menemukan alasan untuk belajar bahasa baru. Karena kurang motivasi, siswa tidak benar-benar berusaha keras untuk mempelajari bahasa baru. Berbeda dengan belajar bahasa kedua yaitu belajar suatu bahasa di dalam sebuah lingkungan dimana bahasa tersebut menjadi bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari dan terdapat berbagai sumber untuk mempelajarinya. Sehingga hal ini secara tidak langsung menjadi faktor umum penyebab kesulitan siswa dalam mempelajari bahasa Inggris. Mempelajari sesuatu yang baru selalu menantang kita karena membutuhkan upaya besar dan waktu.
Bahasa Inggris merupakan bahasa asing dan bahasa kedua bagi siswa. Di SDN ... ini rata-rata memiliki bahasa ibu bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Hal ini diketahui dari keterangan kepala sekolah sebagai berikut:
Karena mungkin mayoritas disini kan kebanyakan bahasanya bahasa Sunda dan bahasa Indonesia, jadi bahasa Inggris nya itu susah. Siswa kurang terbiasa menggunakan bahasa Inggris.

Siswa pun menyatakan hal serupa,
Siswa 1            : “Bahasa ibunya bahasa Indonesia
Siswa 13          : Beda dengan bahasa Indonesia

Sedangkan menurut guru bahasa Inggris, faktor penyebab kesulitan siswa adalah keberanian.
Anak-anak ada yang berani berbicara, ada yang tidak berani berbicara. Saya bingung untuk anak yang pemalu. Kan ada saja dalam satu kelas itu. Yang menjadi kendalanya anak tidak ada suatu keberanian dan keinginan. Itu yang membuat sulit. Ada saja anak yang tidak ada keinginan untuk bisa (guru bahasa Inggris).

Hal ini didukung oleh hasil wawancara dengan siswa. Sebanyak 6 orang siswa dari 15 siswa tidak pernah berbicara bahasa Inggris di sekolah dan 6 siswa lainnya kadang-kadang berbicara bahasa Inggris di sekolah sedangkan hanya satu siswa yang mengaku suka berbicara bahasa Inggris di sekolah. Satu orang siswa yang mengaku suka berbicara di sekolah itu pun faktanya bukan berbicara dalam artian berkomunikasi namun berbicara pada waktu-waktu tertentu saja ketika belajar bahasa Inggris, misalnya ketika disuruh berdialog di depan kelas. Siswandi (2006: 11) mengungkapkan bahwa: 

Penyebab kurangnya keaktifan dan keterampilan berkomunikasi akibat tidak adanya keberanian siswa untuk berbicara. Hal ini disebabkan adanya perasaan takut jika pendapat yang diungkapkannya salah atau pendapatnya benar tetapi diungkapkan dengan cara yang salah.

Jika tidak ada keberanian untuk mengungkapkan apa yang harus di bicarakan maka keterampilan dalam menggunakan bahasa Inggris tidak akan tercapai dengan baik, keberanian pada dasarnya perlu dilatih. Siswa tidak akan tumbuh keberaniannya kalau tidak ada metode yang mampu merangsang keberanian siswa karena keberanian tidak tumbuh begitu saja tanpa ada pelatihan secara bertahap.
Selain itu, faktor kesulitan siswa yaitu kurangnya kesempatan untuk berlatih bahasa Inggris di luar. Sebanyak 8 siswa dari 15 siswa tidak pernah berbicara bahasa Inggris di rumah dan 6 siswa lainnya kadang-kadang berbicara bahasa Inggris di rumah. Begitupun menurut pendapat guru bahasa Inggris sebagai berikut:
Kurangnya kesempatan untuk berlatih bahasa baru di luar adalah salah satu aspek yang sulit dalam belajar bahasa.
Proses belajar lebih banyak terjadi di ruang kelas dan di tempat kursus, sebanyak 7 siswa mengikuti kursus di luar sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun para siswa ini menyadari pentingnya belajar bahasa Inggris, mereka belum dapat menerapkan suatu sistem belajar yang tepat untuk mengatasi berbagai masalah yang mereka hadapi ketika sedang belajar. Siswa jarang sekali berlatih menggunakan bahasa Inggris dengan teman-temannya. Berdasarkan hasil penelitian Rubin dan Thomson (1983), Rubin (1975), dan Stern (1975) mengenai ciri-ciri atau sifat-sifat pembelajar bahasa yang baik, salah satu poin menyebutkan bahwa pembelajar bahasa yang baik adalah pembelajar yang mau berlatih. (Furqanul dan chaedar, 1996: 41). Meskipun mereka menyadari penting berlatih berbicara dengan teman, mereka takut terhadap pandangan orang lain terhadap latihan berbicara mereka. Mereka takut dikatakan sombong dan dipandang aneh oleh teman-temannya. Untuk beberapa siswa mereka pernah mencoba untuk berlatih, namun mereka akhirnya kembali berbicara pakai bahasa Sunda dan Indonesia karena merasa tidak nyaman dengan berlatih. Menurut Fillmore (1991) dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa anak-anak yang berhasil dalam pemerolehan bahasa Inggris adalah mereka yang sering berinteraksi dengan orang-orang yang menguasai bahasa Inggris dengan baik. Sehingga tidak hanya keinginan dan keberanian siswa saja yang dapat membangkitkan siswa untuk praktek berbicara bahasa Inggris. Faktor lingkungan pun harus mendukung keinginan siswa tersebut dan harus ada lawan bicara.
Guru bahasa Inggris    : kelima ada lawan bicara. Mungkin saja murid bisa berbicara sendiri namun kalau tidak ada lawan bicara maka tidak akan ada bentuk komunikasi.
Berbicara di depan kelas juga bisa menimbulkan kecemasan untuk siswa. Siswa terkadang tidak dapat mengatasi rasa malu dan takut salah yang mereka miliki. Aspek berbicara memang merupakan salah satu aspek yang juga dapat menimbulkan kecemasan. Hal ini terbukti ketika siswa akan diwawancara, siswa terlihat tegang dan takut. Padahal hubungan antara penulis dan responden atau siswa tersebut sudah cukup dekat.
0 Komentar untuk "Contoh Faktor Penyebab Kesulitan Siswa dalam Keterampilan Berbicara dalam Skripsi Bahasa Inggris"

Back To Top