katazikurasana30. Diberdayakan oleh Blogger.

Contoh Aspek Keterampilan Berbicara dalam Skripsi Bahasa Inggris


2.2    Aspek Keterampilan Berbicara
Aspek keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek dari empat aspek keterampilan berbahasa. Aspek keterampilan berbicara adalah keterampilan berbahasa lisan, untuk mengungkapkan segala pikiran pembicara kepada lawan bicaranya melalui lisan. Seperti yang diungkapkan Ratih (2002), Speaking is the form of oral language that is inevitably used to communicate ideas and feelings”. Keterampilan berbicara merupakan bentuk bahasa lisan yang digunakan untuk mengkomunikasikan ide dan perasaan. Berdasarkan Webster Dictionary (Andi, 2007) Speaking is to utter words, to express thought by words, to utter speech, discourse, or narague, to talk, to make mention, to tell by writing, to communicate ideas in any matter. Dengan berbicara, kita dapat menyampaikan informasi dan ide, serta membina hubungan kemasyarakatan dengan mengkomunikasikan sesuatu dengan orang lain.
Aspek keterampilan berbicara ini sangat penting. Bahkan menurut Chaedar (1993: 19), “Bagi para linguis bahasa itu ialah gejala ujaran yang terbentuk dari bunyi-bunyi bahasa”. Ujaran di sini sama dengan berbicara. Adanya tulisan hanyalah gambaran dari ujaran. Lanjutnya, “Kita bisa berbicara tanpa menulis, tapi kita tidak bisa menulis tanpa berbicara (pada diri sendiri paling tidak)”. Pertama kali bahasa muncul adalah dengan menggunakan lisan. Seorang siswa belum dapat dikatakan menguasai bahasa Inggris kalau dia belum dapat menggunakan bahasa Inggris untuk keperluan komunikasi. Hasil penelitian tentang pengajaran bahasa asing di Belanda pada tahun 2002 (Asyroful, 2008: 10) menunjukkan bahwa dalam pengajaran bahasa asing senantiasa menekankan pada kemampuan mendengar dan berbicara untuk tingkat pemula, sedangkan kemampuan menyimak, berbicara, membaca dan menulis secara integral diajarkan pada tingkat menengah dan tingkat atas, hasil penelitian ini bermakna bahwa dalam pengajaran bahasa asing masing-masing jenjang pendidikan memiliki penekanan yang berbeda-beda.


Fiona Lawtie (1995) juga memandang aspek keterampilan berbicara merupakan komponen yang penting dalam bahasa Inggris, sebagaimana dikemukakannya bahwa:
Oral communication is a vital component of the English language arts curriculum and provides the base for growth in reading, writing, and listening abilities. Oracy consists of both verbal and nonverbal communication. It is important that teachers recognize that nonverbal communication is culture specific, and be aware of the differences that may exist across cultures when students express themselves nonverbally.

Hal ini sejalan dengan pemikiran Andi Syakir (2009) bahwa “The success of English learning is seen generally through the speaking ability”. Keberhasilan belajar bahasa Inggris adalah dengan menguasai keterampilan berbicara. Menurut Grugeon et al (Taylor and Francis, 2009) All learning across the whole curriculum, could be said to begin and end with speaking and listening. It would be almost impossible to introduce any new topic or revise an old one without some form of questioning or discussion by the teacher or children’. Pembelajaran bahasa dimulai dan diakhiri dengan berbicara dan menyimak. Banyak pelajar bahasa menganggap kemampuan berbicara sebagai ukuran untuk mengetahui suatu bahasa. Pelajar ini mendefinisikan kefasihan sebagai kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, jauh lebih banyak daripada kemampuan untuk membaca, menulis, atau memahami bahasa lisan. Mereka menganggap berbicara sebagai keterampilan yang paling penting. Mereka bisa memperoleh dan menilai kemajuan prestasi mereka dalam komunikasi lisan. Jadi kesimpulannya keterampilan berbicara ini sangat penting dan dapat dijadikan tolak ukur berhasil tidaknya pembelajar bahasa menguasai bahasa yang dipelajarinya dalam hal ini bahasa Inggris.
Tentunya keterampilan berbicara ini memiliki karakteristik khusus dibandingkan dengan ketiga aspek keterampilan bahasa lainnya. Kekhususan-kekhususan bahasa lisan diringkas oleh De Vito (Chaedar, 1993: 21) dalam lima hal sebagai berikut:
  1. Ujaran lebih sering memakai kata-kata yang mudah dan umum, kata ganti dan kata fungsi – yaitu kata-kata yang menunjukkan kaitan gramatik bukannya mengacu kepada obyek dunia nyata seperti yang  dilakukan oleh kata benda, kata sifat, dan kata keterangan. Kata-kata fungsi ini ada sembilan grup sebagaimana diajukan oleh Francis dalam The Structure of American English, (hal: 421-428), sebagai berikut:
1.    Noun Determiners (penentu kata benda), yaitu kata-kata yang hadir sebelum kata benda, atau dengan perkataan lain: kata-kata yang kehadirannya menunjukkan adanya kata benda. Penentu kata benda ini mencakup: kata sandang, (a/an, the); kata ganti kepunyaan (my, your, our, their, its); kata sifat demonstratif (this, that, these, those); jumlah/angka (more, several, all, some, every, other)
2.    Helping verbs/ kata kerja bantu (do, be, have, get, be going, can, must, will, might, may, could, would, dan seterusnya)
3.    Qualifier/kata-kata penegas, termasuk yang menegaskan kata sifat, kata keterangan; yang membatasi atau mengkhususkan arti (very, quite, somewhat, too, more, most, enough, still, lots, even)
4.    Prepositions/kata depan, yaitu kata depan sederhana (after, before, of, in, with, dan sebagainya); majemuk (back of, due to, together with); frase (by means of, in front of, on acount of)
5.    Co-ordinators/ kata penghubung (and, but, or, for, rather, than, either ...or, neither ...not)
6.    Interrogators/ kata tanya, yaitu kata tanya sederhana (who, which, what, whoever, whatever)
7.    Includers, yaitu yang disebut kata penghubung kalimat majemuk bertingkat dalam tata bahasa tradisional. Ke dalamnya temasuk after, although, now, since, if, because, juga kata ganti penghubung relative pronouns; who, which, that, when, where
8.    Sentences linkers (penghubung kalimat) atau disebut juga connectors : consequently, furthermore, however, in fact, at least, on the other hand)
9.    Miscellaneous group/ campuran yang meliputi : attention claimers (=penarik perhatian); yes, yeah, uh-uh, unh-unh; responses (=sambutan); yes, no, maybe, O. K; infinitive markers (=tanda infinitive); to, negator (= penidak); not ; dan hesitators (=kata penunjuk bingung); well, uh-h, um-um.
  1. Ujaran lebih sedikit menggunakan kata-kata yang berbeda
  2. Ujaran banyak menggunakan kata-kata never, always, many, much, very, but, however, although, it seems to me, apparently dan sebangsanya
  3. Ujaran lebih abstrak daripada tulisan
  4. Ujaran lebih banyak memakai kata kerja, kata keterangan sedangkan tulisan lebih banyak memakai kata benda dan kata sifat.

Untuk itu, dalam mempelajari aspek keterampilan berbicara ini maka harus memperhatikan karakteristik-karakteristik tersebut. Selain itu, pada aspek keterampilan berbicara terdapat beberapa komponen. Burnkart (1998) menyebutkan bahwa pembelajar bahasa perlu mengakui bahwa berbicara mencakup tiga bidang pengetahuan, diantaranya:
  1. Mechanics (pronunciation, grammar, and vocabulary), menggunakan kata yang tepat dalam urutan yang benar dengan pengucapan yang benar
  2. Functions (transaction and interaction). Fungsi dari transaction adalah untuk mengetahui kapan kejelasan suatu pesan harus ada dan interaction adalah untuk mengetahui kapan pemahaman yang tepat tidak diperlukan
  3. Social and cultural rules and norms (turn-taking, rate of speech, length of pauses between speakers, relative roles of participants). Memahami cara untuk memperhitungkan siapa yang berbicara kepada siapa, dalam keadaan apa, tentang apa, dan untuk alasan apa.

Sedangkan menurut Syakur (Mora, 2010: 1), terdapat lima komponen dalam aspek keterampilan berbicara diantaranya, comprehension, grammar, vocabulary, pronunciation, and fluency. Begitu juga menurut Andi Syakir (2007), Speaking skill requires two aspects, namely linguistic and non-linguistic aspect. Linguistic aspect meliputi, comprehension, pronunciation, grammar and word order, vocabulary, and general speed of speech, sentence length and etc. Sedangkan  Non-linguistic aspect meliputi, personality dimensions, such as self esteem and extroversion. Komponen-komponen tersebut harus dikembangkan secara baik untuk pembelajaran berbicara.
Namun berdasarkan fokus pada penelitian ini maka komponen yang diteliti hanya Pronunciation dan Grammar. Pronunciation adalah cara pengucapan kata-kata. Mengingat dalam Oxford Learner Pocket Dictionary (2003: 343) “Pronunciation is way in which a language or particular word or sound is spoken”. Selanjutnya Hornby (Andi, 2007) menjelaskan, Pronunciation is a way in which a language is spoken, person’s way of speaking a language or words of a language. Jadi, Pronunciation itu merupakan cara orang untuk mengucapkan kata-kata.
Pronunciation is the way for students’ to produce clearer language when they speak. It deals with the phonological process that refers to the component of a grammar made up of the elements and principles that determine how sounds vary and pattern in a language. There are two   features   of   pronunciation;   phonemes   and  suprasegmental  features.  A   speaker   who constantly mispronounces a range of phonemes can be extremely difficult for a speaker from another language community to understand (Syakur dalam Rini, 2007: 23).

Pronunciation ini yang dapat membuat orang mampu berbicara atau mengucapkan kata-kata dengan jelas. Sehingga dapat dipahami oleh lawan bicaranya. Pronunciation  ini sangat penting untuk dilatih karena pengucapan kata-kata bahasa Inggris tentunya jauh berbeda dengan pengucapan kata-kata dalam bahasa ibu yang dimiliki siswa. Serta terdapat banyak kemiripan antara pengucapan kata-kata tertentu sehingga harus mengucapkan kata-kata tersebut dengan benar dan jelas agar dipahami oleh lawan bicara. Disamping itu, keterampilan menyimak juga sangat mendukung untuk menguasai pronounciation. Sebab kata yang diucapkan lawan bicara harus benar-benar disimak dengan baik agar dapat ditangkap dengan baik pula. Selain kesalahan dalam pronounciation, kesalahan dalam mendengarkan juga dapat menyebabkan gangguan ketika berbicara bahasa Inggris. Seperti dikemukakan oleh Maidar (1988: 24) sebagai berikut:
Keefektifan berbicara juga ditunjang oleh sikap pendengar. Sering kegiatan berbicara itu tidak bermanfaat hanya karena sikap yang kurang baik dari pendengar. Sering terjadi pendengar lupa apa yang didengarnya, terkesan atas pembicaraan yang menarik, tetapi tidak ingat akan isi pembicaraan, atau kurang memperhatikan isi pembicaraan yang disampaikan karena wajah pembicara yang kurang menarik misalnya.

Dalam eBook of Pronunciation Practice (2008) mengklasifikasikan latihan Pronunciation ke dalam beberapa unit/klasifikasi diantaranya sebagai berikut:
a.       Contractions
Contractions adalah bentuk penyingkatan dalam ucapan sehari-hari yang sering digunakan. Sujoko (1999: 1), menyebutkan bahwa “Contructions dimaksudkan adalah memperpendek dua kata. Sehingga apabila dituliskan tentu kata-kata atau huruf yang dihilangkan, dan ada juga yang digabung”. Contohnya bentuk “I am” menjadi “I’m” , “are not” menjadi “aren’t”.
b.       Plural –s
Plural –s adalah pengucapan kata-kata yang mengalami perubahan atau penambahan -s atau –es akibat perubahan kata tunggal menjadi jamak. Contohnya, “book” menjadi “books”, “book” pengucapannya \’bu̇k\ dan “books” pengucapannya \’bu̇ks\.
c.       Pronunciation –ought
Pronunciation –ough terdiri dari several different ways dan pronouncing –ought. Several different ways diantaranya Although dan enough sedangkan pronouncing –ought misalnya bought.
d.       –d sound
-d sound terdiri dari kata-kata kerja yang mengalami perubahan kata lampau, contohnya, asked, allowed, called, dan decided.
e.       Pronunciation of ch
Pronunciation of ch merupakan pengucapan kata-kata yang terdiri dari unsur huruf ch, misalnya Charge, Christian, dan Machine.
f.         Pronunciation –et
Pronunciation –et merupakan pengucapan kata yang berakhiran –et diucapkan [ɪt].
g.       Pronunciation of –ment
Pronunciation –ment merupakan pengucapan kata yang berakhiran –ment diucapkan [mÉ™nt].
h.       –age and –ege ending
–age and –ege ending merupakan pengucapan kata yang berakhiran ––age dan –ege. Contohnya Cabbage, village, dan college.
i.         Silent Letters
Silent Letters merupakan kata-kata yang salah satu hurufnya hilang ketika diucapkan. Silent Letters terdiri dari Silent b, Silent c, Silent d, Silent g, Silent h, Silent k, Silent l, Silent n, dan Silent p.
Namun klasifikasi di atas bukan merupakan klasifikasi pronounciation yang baku, sebab pronounciation dalam bahasa Inggris sangat unik. Klasifikasi di atas diadaptasi dari buku latihan pronounciation agar mempermudah dalam mempelajari pronounciation.
Selain pronunciation, komponen berbicara lainnya yaitu Grammar. Menurut Brown (1994: 347) “Grammar is a system of rules governing the conventional arrangement and relationship of word in a sentence.”  Meringkas pandangan grammar menurut Chaedar (1993), dalam wawasan kebahasaan arti luasnya grammar ini mengacu kepada kesimpulan umum tentang keteraturan dan ketidakteraturan yang ada dalam bahasa. Pada zaman pertengahan, grammar diartikan sebagai seperangkat aturan-aturan, biasanya dalam bentuk buku (pelajaran) yang mengatur salah benarnya pemakaian bahasa.  Kemudian dalam tata bahasa tradisional diistilahkan sebagai prescriptive grammar, yaitu aturan yang berlaku umum dan mesti diikuti baik dalam ucapan maupun tulisan. Sedangkan dalam tata bahasa modern diistilahkan sebagai descriptive grammar (to describe language) yaitu menjelaskan tata kerja bahasa apa adanya, obyektif, sistematik tidak emosional. Dan untuk memahami hakikat grammar dapat dilihat dari uraian Chaedar (1993: 17) sebagai berikut: 
Kalau Anda sering bergaul dengan orang Batak umpamanya, maka anda akan mampu bertutur kata dengan bahasa itu. Kalau tutur kata Anda bisa dimengerti oleh orang-orang Batak, ini berarti Anda mengetahui tata bahasa Batak walaupun Anda tak pernah menekuni tata bahasa Batak.  Jadi tata bahasa itu memerikan apa yang dilakukan manusia sewaktu bertutur kata, bukan yang ditulis dalam buku atau yang dihafal di luar kepala.

Oleh karena itu, grammar juga merupakan salah satu elemen bahasa Inggris yang penting untuk dipelajari dalam berbicara. Sebab berbicara (speaking) memiliki kaidah-kaidah tata bahasa yang sudah membentuk. Kunci utama agar bahasa Inggris melekat kuat adalah dengan memahami dasar-dasarnya. Tanpa dasar-dasar tata bahasa Inggris yang kuat yaitu grammar, maka kemampuan bahasa Inggris akan sangat terbatas, bahkan cepat sekali hilang, lupa dan sebagainya. Seperti yang diungkapkan Baehaqie (2007: 1) ”Apabila kita sudah menguasai AV dan Verb berikut fungsi dan penggunaannya dengan baik maka boleh dikatakan kita sudah menguasai kunci bahasa Inggris”. AV (Auxiliary Verb) atau kata kerja bantu adalah kata kerja yang digunakan untuk membantu pembentukan sebuah kalimat secara lengkap pada kalimat nominal (kalimat yang tidak memiliki kata kerja) dan kalimat verbal (kalimat yang predikatnya kata kerja) dalam bentuk kalimat menyangkal dan kalimat tanya. AV terdiri dari tobe (is, am, are, was, were), do, does, did, can, shall, dan will. Sedangkan Verb atau kata kerja adalah kata yang digunakan untuk menyatakan suatu pekerjaan atau perbuatan. AV dan Verb itu sendiri termasuk kedalam tata bahasa Inggris atau Grammar. Furqanul dan chaedar (1996: 11) mengemukakan bahwa:
Walaupun demikian, sebelum bisa berkomunikasi secara aktif, mereka terlebih dahulu harus menguasai setidaknya dua ratus kosakata aktif dan beberapa kaidah gramatikal bahasa sasaran. Pembelajar juga seyogyanya sudah cukup menguasai kaidah-kaidah susunan kata dasar bahasa sasaran (dalam bahasa Inggris: susunan kalimat subjek-predikat, posisi adjektif dan adverbia, menegatifkan, formasi pertanyaan).

Siswa akan mampu mengerti ucapan lawan bicaranya dan mampu menyusun kalimat-kalimat baru untuk digunakan berkomunikasi apabila mengetahui grammar. Furqanul dan chaedar (1996: 11) mengemukakan bahwa:
Akhir-akhir ini para linguis terapan terus berupaya memberikan penekanan kajiannya terhadap ciri-ciri kreatif sistem gramatikal. Bila seseorang memiliki kompetensi gramatikal, ia akan memiliki kemampuan menghasilkan kalimat dalam jumlah tidak terbatas, yang sebagian besar adalah kalimat-kalimat baru.
Manfaat dari belajar tata bahasa grammar adalah agar siswa mempunyai dasar yang kuat untuk pelajaran bahasa Inggris selanjutnya. Sebab tujuan pembelajaran bahasa Inggris di SD sendiri adalah sebagai dasar siswa untuk belajar bahasa Inggris di jenjang yang lebih tinggi. Ini seperti dasar-dasar matematika misalnya penjumlahan, perkalian, pembagian, dan sebagainya. Tanpa dasar-dasar ini, maka ketika belajar level yang lebih tinggi seperti mencari keliling atau luas bangun datar maka siswa akan mengalami kesulitan. Begitu juga dalam grammar bahasa Inggris terdapat pronoun (kata ganti), contohnya kata ganti untuk orang ketiga He dan She. He digunakan untuk gender laki-laki dan She untuk gender perempuan. Apabila siswa tidak mengetahui hal ini maka siswa akan mengalami kesulitan dan menyebabkan kesalahan dalam mengungkapkan kalimat. Heaton (Mora, 2010: 3-4) mengemukakan bahwa:
That student’s ability to manipulate structure and to distinguish appropriate grammatical form in appropriate ones. The utility of grammar is also to learn the correct way to gain expertise in a language in oral and written form”.

Grammar merupakan kemampuan siswa untuk menggunakan struktur atau pola kalimat dan untuk bisa membedakan bentuk kata menurut tata bahasa yang sesuai satu dengan yang lainnya. Manfaat grammar juga untuk mempelajari cara yang tepat memperoleh kemahiran bahasa baik lisan maupun tulisan.
Grammar yang harus dikuasai terlebih dahulu adalah parts of speech. Parts of speech diantaranya: Noun, Countable noun (Singular and Plural), Pronoun, Adjective, Verb, Adverb, Preposition, dan Conjunction. Parts of speech sangat penting untuk dikuasai pada awal-awal pembelajaran. Menurut Sudrajat (1994: 7),
Kalau anda ingin menguasai bahasa Inggris atau ingin menjadi seorang pengajar bahasa Inggris, maka harus menguasai dulu Parts of Speech. Karena Parts of Speech adalah modal utama untuk menguasai bahasa Inggris.

Parts of speech merupakan unsur yang membentuk sebuah kalimat. Kalimat harus memiliki minimal subjek dan predikat, dalam bahasa Inggris sebuah predikat itu harus Kata Kerja (Verb). Jika tidak ada verb maka gantinya adalah tobe. Kalimat hanya ada dua jenis yaitu kalimat yang predikatnya Verb disebut kalimat verbal dan yang predikatnya Tobe disebut kalimat nominal. Parts of speech dapat dijadikan sebagai referensi bagi siswa untuk membentuk kalimat-kalimat sederhana dari vocabulary yang telah mereka peroleh. Sehingga vocabulary yang telah didapatkan oleh siswa dapat digunakan untuk berbicara bahasa Inggris.
Selama ini, terjadi sebuah paradigma bahwa belajar grammar justru mempersulit siswa untuk menguasai bahasa khususnya bahasa asing. Sebab siswa akan merasa terkungkung oleh aturan-aturan sehingga takut melakukan kesalahan. Hal ini tentu saja beralasan, namun bukan berarti harus menghilangkan grammar dalam belajar bahasa. Hanya saja perlu diikuti dengan praktek agar performa berbicara siswa meningkat. Menurut Chomsky (Zulprianto: 2008) bahwa orang yang belajar bahasa apapun tidak menghafal ujaran demi ujaran yang pernah mereka dengarkan dan kemudian mengucapkan kembali, sekali atau berulang-ulang. Kalau kita belajar bahasa dengan cara tersebut sangat logis untuk mengatakan proses tersebut kurang masuk akal. Sebab, pernyataan itu juga berarti kita tidak bisa berinovasi atau berkreasi memproduksi ujaran-ujaran baru. Dan mungkin juga memori kepala kita tidak cukup untuk bekerja seperti itu. Singkatnya, pernyataan tersebut berpesan ‘ dengar dulu sebelum bisa ngomong’. Pernyataan ini bersifat behavioristik, sebuah pendekatan yang sangat menghargai pengkondisian berperilaku, pengalaman dan kurang melirik kemampuan kognitif dan mental, misalnya dalam hal berimajinasi. Menurut Chomsky, penutur bahasa tidak memperoleh bahasa dengan cara seperti itu. Sebab itu, konsep competence dan performance sangat relevan. Apa yang kita simpan di kepala kita adalah pengetahuan grammarnya (kalimat) saja bukan ujarannya. Jadi, setiap kali kita mengucapkan, mendengar, dan membaca sebuah ujaran, competence siswa mengatakan kepada siswa bahwa kalimat tersebut gramatikal atau tidak gramatikal. Yang tersimpan di dalam kepala penutur adalah deep structure (pengetahuan grammar) bukan surface structure (ujaran-ujaran). Maka logis untuk mengatakan, satu rumus grammar yang kita ketahui dapat menghasilkan banyak ujaran-ujaran, mungkin tak terbatas jumlahnya. Sehingga meski pembelajaran bahasa Inggris ditekankan pada penguasaan komunikasi verbal, tak berarti siswa-siswa tak bagus grammar-nya.
Untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa dalam keterampilan berbicara, Brown (2001: 270) menyebutkan karakteristik keberhasilan dalam belajar keterampilan berbicara diantaranya:
1). Learners talk a lot. As much as possible of the period of time allocated to the activity is in fact occupied by learners talk. This may be obvious, but often most time is taken up with teacher talk or pauses.
2). Participant is even. Classroom discussion is not dominated  by a minority of talk active participants. All get a chance to speak and contributions are fairly evenly distributed.
3). Motivation is high. Learners are eager to speak because they are interested in the topic and have something new to say about it, or they want to contribute to achieve a task objective.
4). Language is of an acceptable level. Learners express themselves in utterances that are relevant, easy comprehensible to teach other and of acceptable level of language accuracy.

Keberhasilan siswa pada keterampilan berbicara ini adalah siswa dapat berbicara lebih banyak, seluruh siswa berbicara tak terkecuali, motivasi siswa sangat tinggi untuk berbicara, dan bahasa yang digunakan sudah memenuhi tingkat bahasa yang berterima.
0 Komentar untuk "Contoh Aspek Keterampilan Berbicara dalam Skripsi Bahasa Inggris"

Back To Top