katazikurasana30. Diberdayakan oleh Blogger.

Contoh Hasil Dan Analisis Data Penelitian dalam Skripsi Bahasa Inggris


BAB IV
HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN

4.1  Data Observasi
            4.1.1 Kesulitan Siswa dalam Keterampilan Berbicara
Ketika guru bahasa Inggris memasuki kelas, seluruh siswa secara serempak mengucapkan greeting. Terdengar seluruh siswa dapat mengucapkan greeting dengan baik. Seluruh siswa tampak ceria dan antusias saat pelajaran akan dimulai. Pembawaan guru terlihat menyenangkan bagi siswa. Suasana kelas tidak menjadi tegang. Sesekali guru melontarkan canda yang mengundang gelak tawa siswa sehingga suasana kelas menjadi hangat. Cara guru menerangkan pelajaran akan berpengaruh terhadap penguasaan bahasa Inggris seseorang. Seorang guru yang dapat menerangkan dengan baik, tidak monoton, dan memberi dukungan positif akan membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan.
Guru melakukan listen and repeat sebuah dialog yang ada pada buku dengan siswa ketika kegiatan inti dimulai. Pertama-tama guru membacakan satu baris, diucap ulang oleh siswa. Begitu seterusnya sampai selesai. Guru mengulang kembali teks dialog tersebut diikuti siswa hingga siswa terlihat menguasai pengucapannya. Kemudian guru menerjemahkan teks dialog per bagian. Tiba saatnya siswa secara berpasangan mempraktekkannya di depan kelas. Masing-masing siswa diperbolehkan membawa buku dan membaca dialog tersebut. Teks dialog yang dibacakan siswa adalah sebagai berikut:


Anis
:
“Where does your father work?
Dema
:
“He work at school”.
Anis
:
“Is he teacher?”
Dema
:
“No, He is not. He is a headmaster. What does your father do?
Anis
:
“He regulates the traffic”.
Dema
:
“Is he Policeman?”
Anis
:
“Yes, he is”.
Dialog di atas terdiri dari dua orang. Siswa secara bergantian memerankan dialog tersebut. Pada saat siswa maju ke depan kelas, ada siswa yang berantusias memerankan dialog tetapi ada juga siswa yang kurang percaya diri sehingga suaranya tidak terdengar sampai ke belakang. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, kegiatan tersebut berjalan cukup baik dan lancar. Namun siswa kurang menghayati dialog tersebut. Ada siswa yang terlihat cengengesan ketika membaca dialog, kurangnya konsentrasi sehingga salah satu siswa harus diingatkan oleh pasangannya ketika akan membalas dialog temannya, gestur tubuh tidak mencerminkan tokoh yang diperankan, dan terlihat kaku. Ini adalah bukti ketidakseriusan siswa dan kurangnya penghayatan peran masing-masing. Menurut Tarigan dan Tarigan (1990: 107), “Percakapan biasanya dalam suasana akrab, peserta merasa dekat satu sama lain, ada spontanitas”. Sikap siswa saat berbicara seyogianya rileks dan tidak kaku. Selain itu, siswa semata-mata hanya reading aloud (membaca nyaring) dialog tersebut. Seharusnya siswa tidak melihat buku, siswa harus menghafal dialog tersebut, baru kemudian dipraktekkan. Untuk tahap awal memang tidak salah membaca nyaring terlebih dahulu. Tapi harus terus dilanjutkan sampai siswa hafal di luar kepala dan ada penghayatan tentunya. Karena siswa yang saat berlatih dialog benar-benar menghayati, suasana hatinya terbawa seolah-olah dia benar-benar menyatu dengan tokoh yang diperankannya itu akan lebih cepat menguasai. Pada akhirnya siswa dapat berimprovisasi dan memodifikasi dialog tersebut disesuaikan dengan situasi sehingga dapat digunakan untuk berkomunikasi yang sesungguhnya. “Percakapan merupakan dasar keterampilan berbicara baik bagi anak-anak maupun orang dewasa (Tarigan dan Tarigan, 1990: 107)”. Pada akhirnya seluruh unsur dalam dialog, diantaranya; pronunciation, vocabulary, dan grammar akan meresap dalam diri siswa.
Siswa secara keseluruhan cukup terlihat aktif mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat pada saat melakukan listen and repeat, seluruh siswa mengikutinya dengan baik. Seluruh siswa bersedia ke depan kelas ketika ditugaskan untuk mempraktekan dialog. Ketika ada kata-kata yang tidak dimengerti, terlihat beberapa siswa langsung membuka kamus untuk mencari arti kata tersebut.
Namun terdapat siswa yang cemas ketika belajar bahasa Inggris. Hal ini dapat dilihat dari adanya murid yang tidak berani untuk mengungkapkan pendapatnya ketika sedang ada diskusi dalam kelas. Ketidakberanian untuk mengungkapkan pendapat ini terlihat pada anak-anak yang kemampuan bahasa Inggrisnya di bawah rata-rata. Faktor utama yang menyebabkan seseorang tidak berani untuk mengungkapkan pendapatnya adalah kekhawatiran akan berbuat suatu kesalahan sehingga akan ditertawakan teman-temannya.
Memang menguasai suatu bahasa harus mengetahui bentuk pola kalimat dan kosa kata dengan baik pula. Dan hal inilah yang ada dibenak peserta didik. Mereka takut untuk bicara Bahasa Inggris karena mereka disibukan dengan pemilihan bentuk kalimat yang cocok (Suwandi, 2007).
Ketakutan menurut Suwandi tersebut adalah takut akan berbuat kesalahan. Padahal siswa seharusnya toleran terhadap kesalahan sebab masih dalam tahap belajar. Kesalahan itu dapat diperbaiki oleh guru ataupun teman. Meskipun terdapat beberapa murid yang berani untuk mengungkapkan ide-idenya namun jumlahnya sangat sedikit. Selain faktor adanya teman-teman sekelas, faktor guru juga sangat menentukan dalam seberapa banyak seorang murid dapat belajar bahasa Inggris. Guru yang dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif akan lebih membantu proses belajar-mengajar.
Guru sesekali berbicara bahasa Inggris kepada siswa ketika pelajaran berlangsung. Namun tidak terjadi sebuah komunikasi dua arah antar guru dan murid, karena siswa terlihat kurang menangkap apa yang dibicarakan guru. Pada saat mereka mendengarkan suatu dialog, mereka kurang menangkap aksen orang yang  berbicara. Hal ini kemudian menimbulkan rasa khawatir dalam diri mereka karena setelah sesi listening mereka mesti menjawab sejumlah pertanyaan mengenai dialog tersebut.
0 Komentar untuk "Contoh Hasil Dan Analisis Data Penelitian dalam Skripsi Bahasa Inggris"

Back To Top